Indoriddle

Imaginary Friends

-
Don’t Tell Anyone My Name
Keponakanku mempunyai teman imajinasi, tetapi dia tidak mau memberitahu siapa nama teman imajinasinya. Jika orang lain tahu, mereka akan ketakutan ketika mengetahui namanya. Aku selalu menanyakan, tapi dia tidak pernah mau memberi tahu namanya. Sampai suatu hari, ibunya dan aku melihatnya di lorong dan keponakanku tidak menyadarinya. Dia sedang berbicara dengan teman imajinasinya dan memanggilnya dengan namanya. Sampai hari ini, ketika aku memikirkannya, aku masih merasa takut. Nama teman imajinasinya adalah Lucifer.

-Jacob The Lumberjack

Seorang anak berumur 5 tahun mengatakan padaku bahwa pria yang bernama Jacob, yang berpakaian seperti penebang kayu sedang duduk di sebelahku . Ia melihat muka shock saya dan berkata, “jangan khawatir, dia tidak mempunyai tangan.”

-Sally The Murderer

Anak perempuanku mempunyai teman imajinasi bernama Sally. Dia bercerita padaku tentang Sally yang berada dipenjara karena memenggal kepala ibunya.

-I Can’t Kill Him

Ketika adikku masih kecil, dia berpura-pura kalau dia memiliki teman imajinasi yang berbicara dengannya setiap waktu. Suatu hari, ibuku tidak sengaja mendengar adikku mengatakan, “Aku tidak bisa membunuhnya! Dia satu-satunya ayahku!”

-Car Crash

Ketika aku masih kecil, aku mempunyai sekelompok teman imajinasi. Suatu hari ibuku menyadari aku tidak berbicara lagi dengan teman-teman imajinasiku dan bertanya ada apa dengan mereka. Dengan tenang aku menjawab bahwa mereka semua mati dalam kecelakaan mobil.


Source : Creepypasta Indonesia | Indoriddle

Related Posts:

Riddle Maybe

Saat ini aku tengah capek , rasanya sangat capek karena berkeliling kota , yg aku butuhkan skrng hanyalah istirahat , lalu aku mencari hotel untuk satu hari ini , 
Ternyata Menjadi backpacker itu sulit .
Setelah lama mencari hotel , akhirnya aku mendapati hotel yg amat sederhana , tetapi tak apa , karena aku sudah capek .
Saat aku menuju ke resepsionis dan mengambil kunci kamar .
Dan menuju ke kamar utk segera beristirahat
Saat tiba di kamar , aku langsung ke kamar mandi dan membersihkan diri ,untungnya kamar mandinya berjajar dengan kasurku , jadi aku hanya perlu berjalan lurus, setelah selesai aku pun ke kasur.
Lalu aku tertidur
Tengah malam aku terbangun dan mengambil segelas air , lalu kembali tidur dan meletakan air di meja kasurku.
Saat aku memejamkan mata
terlihat sesosok yg menakutkan dan menyerai lebar di jendela kamarku .
Mimpi yg Buruk 
Saat pagi tiba , aku langsung ke kamar mandi dan membersihkan , saat aku keluar kamar mandi , aku sangat ketakutan dan segera check out dari hotel itu ..

Related Posts:

Riddle ? Okay ~

#1
Aku menyakiti seseorang tanpa bergerak, meracuni dengan tanpa menyentuh, aku memikul kebohongan dan kejujuran, dan aku dtak pernah di hakimi karena sebuah ukuran ?
Apakah aku ?

#2
Ryomemiliki 4 orang anak perempuan setiap anak perempuan memiliki seorang abang laki laki berapakah jumlah anak yang dimiliki oleh Ryo?

#3
AKu selalu menatapmu, begitupun dirimu selalu menatap mataku, aku memiliki 3 buah mata tetapi tidak bisa melihat, setiap aku berkedip kau akan mengikuti perintahku 
Apakah Aku ?

#4
Aku berada pada urutan 24, jika dengan seorang teman aku diurutan 20, jika ditambah seorang lagi maka aku menjadi sebuah hal yang tabu 
Apakah aku ?

#5 Berikan aku makanan maka aku akan tetap hidup, berikan aku minuman aku akan mati apakah aku ?


Related Posts:

Berturut-turut

Aku sering membayangkan adikku meninggal. Adik satu-satunya yang kupunya. Yang mei kemarin umurnya bertambah satu, jadi delapan. Aku sering berkhayal tentangnya yang diculik psikopat. Di’bully’ kakak kelasny
a hingga mati. Bahkan aku sering membayangkan dia terjatuh dari tangga menuju kamarku. Tapi, yah semua itu hanya harapan. Tidak ada pernah jadi kenyataan. Padahal dalam tiap doaku pada tuhan, aku memohon agar adik laki-lakiku itu mati.

Kalau kutelusuri kejadian sejak awal, sebenarnya tidak ada tanda-tanda aneh ketika dia lahir. Entah itu perang dunia ketiga meletus, bumi kejatuhan meteorid raksasa atau gunung krakatau meletus lagi. Tidak, semua berlalu biasa saja. Bocah itu lahir di rumah sakit. Aku menungguinya dilobi. Lalu beberapa saat kemudian, ayah keluar, dia bertanya padaku “Sebaiknya diberi nama siapa?”. Aku kagum dengan kelucuannya waktu itu, jadi aku ikut mengusulkan nama. Aku tidak menyangka sekarang bocah itu malah jadi penggangguku. Akhirnya ayah dan ibu memberinya nama, michael. Kata mereka penyebutannya hampir mirip dengan malaikat mikail, si pembawa rezeki.

Anak itu tumbuh dan tumbuh. Dia benar-benar pembawa keberuntungan dan rezeki. Sejak ada dia, ayah selalu mendapat promosi dikantornya, ibu sering menang kuis ditelevisi. Tapi aku tidak dapat apa-apa. Aku hanya semakin sering diabaikan. Aku sadar jika telah dewasa, hanya saja, mereka harusnya tahu jika aku juga butuh kasih sayang.

Tadi pagi adalah sebuah kejutan. Bus kuning berhenti didepan halte sebrang rumah kami. Michael keluar dari situ. Menyebrang jalan dengan senyum tersungging diwajah polosnya. Dia melambai padaku yang memperhatikannya dari jendela –aku mengabaikannya. Tiba-tiba sebuah sedan menabraknya. Michael terpental menuju pekarangan rumah tetanggaku. Aku terperangah. Tenggorokku masih tercekat ketika memberi tahu ibu. Dia berlari keluar rumah. Sedan merah itu melaju pergi.

Aku keluar rumah untuk menyusul ibu. Sudah banyak kerumunan orang saat itu, tapi salah seorang tetanggaku menyuruhku menghubungi ayah dan menyuruhnya segera pulang. Aku melihatnya dari celah kerumunan. Tangis ibu untuk anak itu benar-benar menjadi. Air matanya berjatuhan menimpa tubuh michael yang bersimbah darah dan tak lagi bernyawa.

Siang itu rumah kami ramai. Michael telah dimandi dan dikafankan. Aku mengiringinya menuju masjid untuk di shalati. Perasaanku masih campur aduk. Antara lega dan menyesal. Aku tidak bisa mengeluarkan butir-butir airmata seperti ayah dan ibuku, tapi aku juga merasa kehilangannya. Selesai menshalati, kami langsung menuju pemakaman. Saat itu sudah sore. Diperjalanan menuju makam, aku melihat beberapa burung gagak, tapi hewan-hewan itu tidak berkoak. Hanya memandangiku, terus memandangiku, seolah dia mengatakan jika ini kesalahanku.

Ibu tidak ikut melihat michael dimakamkan. Hanya ayah. Dia masuk ke liang lahat lalu mengumandangkan adzan. Setelah itu mereka mulai menguburkannya, menginjak-injak tanahnya supaya pekat. Kemudian kami semua berdoa untuknya. Perasaanku masih campur aduk. Sebab tidak ada satupun orang yang tampak senang dengan kematian michael. Semua warga pergi, hanya beberapa yang tersisa dan kesemuanya adalah saudara keluarga kami. Mereka masih berusaha menenangkan ayah yang masih menangisi kepergian michael.

Hari itu berlalu. Lalu sampailah pada empat puluh hari kemudian, kami kembali mengadakan doa bersama, sebagai adat istiadat islam. Wajah ayah sudah benar-benar tegar, tapi tidak dengan ibu. Airmata terus bercucuran sementara dia membaca yasin. Setelah hari itu kukira akan beranjak baik. Kukira aku bakal semakin diperhatikan, kukira mereka akan perduli padaku, ternyata tidak.

Setiap aku pulang bekerja, ibu hanya termanggu didepan jendela. Memandangi halte tempat biasanya michael keluar dari bus. Dia sering tidak masak, bersih-bersih rumah ataupun mematikan barang-barang elektronik yang habis dipakainya. Alhasil, aku dan ayah benar-benar bekerja keras untuk mengurus pekerjaan yang ibu telantarkan. Sekali waktu ayah pernah mengajak ibu ke suatu tempat. Dia ingin membawa ibu ke psikiater. Tapi ibu tidak mau dan menolak terus-terusan. Semakin lama sifatnya makin keras kepala dan seperti anak-anak. Dia hanya mau makan jika didepan jendela, mau minum jika didepan jendela bahkan mandipun didepan jendela. Dia selalu bergumam, jika michael pasti pulang. Dia selalu menunggunya, selalu menitikan airmata, selalu bergumam sendiri. Sejak itu aku yakin, ibuku yang lama telah benar-benar pergi.

Suatu malam aku pulang bekerja. Aku lega sebab ibu tidak lagi didepan jendela. Kebetulan minggu itu ayah sedang keluar kota. Jadi aku yang mengurusi ibu tiap sepulang kerja. Seluruh televisi mati, begitupun lampu-lampu. Sedikit cahaya lampu jalan yang tembus dari jendela sedikit membantuku mencari sakelar lampu. Sepertinya hari ini ibu sudah ada peningkatan. Kutekan sakelar lampu. Aku terjatuh duduk, suaraku tercekat. Dikusen pintu dapur, seseorang menggantung –itu ibu. “Kenapa jadi begini?” aku berteriak histeris. Aku menurunkan jenazahnya dan menangis sejadi-jadinya. Sampai akhirnya para tetanggaku berdatangan dan menghubungi ayah.

Kami di pemakaman ibu. Wajah ayah tidak lagi tegar. Keriput-keriput wajahnya semakin tampak. Dia terduduk menjauhi kerumunan. Aku mengemban tugas untuk adzan dan menurunkan jenazah ibu ke liang. Setelah seluruh proses itu selesai. Kami kembali ke rumah. Tidak ada pembicaraan antara aku dan ayah. Para saudara memberi waktu untuk ayah menyendiri. Setelah para saudara kami pergi. Tak ada lagi yang bisa kuajak bicara.

Seharian ayah diam dikamarnya. Memandangi foto ibu dan michael. Beberapa minggu kemudian dia dipecat perusahaan, karena sudah absen lebih dari tiga minggu. Manajernya sendiri yang menghubungiku, sebab dia menghubungi ponsel ayah dan rumah, tak pernah diangkat. Aku sibuk setiap hari, terkadang kekasihku datang untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumahku. Ayahku yang tegar seperti sudah hilang. Seharian dia hanya menangis dan bergumam tak jelas. Bergumam tentang awan, halte, langit, tuhan, takdir, michael dan tentang ibu.

Ayah sering tertawa tiba-tiba dan tiba-tiba juga menangis. Berkali-kali aku mengajaknya pergi, dia selalu menolak. Seolah-olah tahu, jika aku akan membawanya ke rumah sakit jiwa, dia selalu meronta dan menolak. Aku sungguh tidak tega jika mesti menyuruh pihak rumah sakit untuk membawa ayah, jadi aku membiarkannya tetap dirumah.

Siang itu terik, aku melajukan mobilku ke pekarangan rumah. Sepintas kulihat seseorang dihalte. Aku memastikan, dan ternyata itu ayah. Kumatikan mesin mobil dan cepat-cepat keluar. Sebuah truk melaju didepan halte dan tepat saat itu ayah melompat ke hadapan truk itu. Tubuhnya terlindas dan beberapa bagiannya hancur. Aku tidak mau melihatnya. Air mataku kembali bercucuran. Setelah sekian lama, kenapa ini mesti terjadi lagi?.

Aku dipemakaman ayah. Kupilih tempat yang jauh dari kerumunan. Agar aku bisa bergumam sendirian tanpa didengar siapapun. Kebanyakan aku bergumam tentang takdir atau tuhan yang tidak pernah adil. Sejak hari itu keadaan rumah semakin sepi. Aku sering menyalakan televisi, kipas angin dan radio sementara aku terduduk didepan jendela, menunggu michael pulang. Sering kulihat foto ibu dan ayah, lalu mulutnya bergerak dan berbicara padaku “Kamu tidak sendirian”, aku mengangguk mendengar ayah mengatakannya. Terkadang rasanya sangat senang ketika melihat michael turun dari bus dan melambai padaku. Tapi terkadang dadaku sakit sekali karena melihat ibu tergantung di kusen pintu.

Kekasihku semakin mengkhawatirkanku, dia sering membujukku pergi ke suatu tempat. Entah apa namanya, aku lupa. Kurasa tubuhku semakin berbau busuk. Yah, aku memang tidak pernah mandi. Aku hanya mau disini, menunggu michael pulang dari sekolahnya dan melambai padaku. Jika dia sudah sampai rumah, ingin sekali aku katakan jika aku menyayanginya.

Aku terkesiap, seseorang sepertinya mendobrak pintu rumahku. Derap langkah itu cepat dan suaranya berisik. Tiba-tiba mereka muncul. Orang-orang berpakaian putih-putih. Salah satunya langsung menutup hidung ketika melihatku. Orang-orang itu memaksaku keluar rumah. Mereka sangat kuat sehingga aku tidak bisa meronta. Mereka memasukanku ke ruangan berpintu putih. Dua orang berpaling pergi sementara tiga lainnya menemaniku disini. Mereka terus saja mengeluhkan tentang bau busukku. Tiba-tiba ruangan itu bergerak.

Awalnya aku mau menunggui ruangan ini sampai selesai bergerak, tapi aku keburu mengantuk. Aku terbangun, ruangan ini bukan seperti kamar atau bagian manapun dirumahku. Hanya ada sebuah kasur dan toilet, lalu dua buah ventilasi yang letaknya sangat tinggi. Didekatku bukanlah dinding, melainkan teralis. Aku bisa melihat seseorang yang sedang melamun sembari memegang bonekanya, berada pada ruangan didepanku.

Tiba-tiba terdengar derap langkah. Dan mereka datang –keluargaku. Ayah, ibu dan michael. Aku menyunggingkan senyum dan menghampiri mereka. “Akhirnya kalian pulang juga” aku amat gembira melihat mereka.

“Iya, kami sudah pulang. Sekarang sebaiknya kamu istirahat dulu ya” ayah tersenyum dan memegang pundakku. Aku lekas menuruti kata-katanya. Aku berbaring dikasur dan memperhatikan mereka bercapak-cakap.

Lalu aku tersadar, “bukankah kalian sudah mati?”.
“Iya kami sudah mati, ini hanya arwah kami saja” ibu dan ayah tersenyum padaku. Syukurlah kalau begitu, aku kira kalian belum mati.

“Jadi bu, apa kita belum bisa membawa kakak pulang?” michael menunjukku.
“Tidak nak, kau lihat, sekarang khayalan kakakmu semakin parah. Bahkan dia menganggap kita semua mati” ibu menggeleng dan memasang wajah memelasnya

Related Posts:

SAKITNYA ITU...

Aku memiliki kelainan genetik. Kata orang tuaku aku tidak bisa merasakan sakit, dan menurut mereka sangat berbahaya. Aku tidak tahu apa bahayanya, tapi kini aku mulai bertanya tanya, apa itu sakit? Karena aku tidak pernah bisa bebas. Setiap hari aku diawasi orang tuaku, dan mengajariku untuk selalu berhati-hati. Hindari pisau, tempat licin, serpihan kaca
, bahkan kebisaan kecil seperti menggigit jari juga tidak boleh.

Tiap hari aku hanya bisa bermain dengan anjing kesayanganku, Emi. Dialah yang bisa membuatku senang, kami selalu bermain. Hingga suatu hari, orang tuaku kaget melihatku, mereka khawatir.
Aku dibawa ke rumah sakit. Setelah diperiksa, para dokter menyatakan bahwa tubuhku dipenuhi belatung, semua berasal dari luka di leherku yang mulai menghitam. Luka yang kudapat dari Emi beberapa bulan yang lalu saat kami bermain.

Akhirnya, dokter memutuskan agar aku dioperasi, karena belatung itu juga menyebar ke organ-organ tubuhku. Aku sedikit takut.

Esoknya, aku dibawa ke ruang operasi. Sebuah suntikan ditancapkan di kulitku, kata suster itu bisa membuatku tenang dan tidur lelap. Baiklah, aku coba memejamkan mata. Sial, aku tidak bisa tenang.
Setelah beberapa lama, aku tetap tak merasakan apa-apa, malah aku merasakan ada sedikit rasa geli di tubuhku. Aku tak tahu apa yang para dokter itu lakukan dengan tubuhku. Karena penasaran, aku buka mataku dan bangkit dari ranjangku.

PRANG...KYAAA...
Para suster berteriak ketakutan.
"Harusnya kau tertidur" ucap dokter itu kepadaku, dia sangat ketakutan.
Setelah dia berbicara, entah kenapa dadaku mulai sesak. Aku melihat ke bawah, astaga... Usus, hati, dan semua organ tubuhku jatuh dipangkuanku, dada dan perutku terbuka lebar, dan kulihat belatung-belatung keluar dari sela-sela organ dipangkuanku. Aku ketakutan, pandanganku mulai gelap, sekilas kulihat jantungku, penuh cairan merah karena jatuh menancap diatas jarum operasi. Aku mulai tak bisa bernapas, dan sepertinya aku merasakan sesuatu yang luar biasa, aku kesakitan.

Related Posts:

Ruang Bawah Tanah ( Final Part )

Part Sebelumnya : Ruang Bawah Tanah
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Banyak sekali mayat manusia diruangan ini. Hampir semua mayat disini sudah membusuk. "Siapa yang melakukan semua ini?" Ucapku. "Kita harus cepat keluar dari sini!" Ucap rio. Kami langsung keluar dari ruangan tersebut. Tiba-tiba terdengar suara dari ruangan sebelahnya. "Tunggu, sepertinya ada suara dari ruangan ini!" Ucap vincent. "Udah tinggalin aja paling suara tikus!" Ucap rio ingin cepat-cepat keluar. Tanpa pikir panjang, vincent lan
gsung membuka pintu tersebut.

Semua terdiam sejenak. Ternyata didalamnya terdapat alat-alat kedokteran, seperti pisau bedah dan obat-obatan dan seseorang yang diikat disana. Sepertinya aku mengenal orang tersebut. Orang itu ternyata adalah Bella, salah satu murid disekolah ini yang hilang 2 bulan yang lalu. 

Kami langsung melepaskan ikatanya. Keadaannya sudah sangat lemah. "Kau tidak apa-apa? Siapa yang melakukan ini kepadamu?. Tanya vincent. "Ini semua ulah pak kevin (guru bp). Dia menyekapku disini karena aku melihat dia sedang membunuh seseorang" jawab bella. "Kita harus cepat keluar dari sini!" Ucap felix.

Kamipun bergegas keluar dari sini. Saat kami melewati lorong, ada seseorang menghalangi jalan keluar. Ternyata itu pak kevin yang membawa kapak yang besar. "Ternyata kalian sudah tahu tentang hal ini, saya tidak akan biarkan kalian keluar dengan selamat!" Ucap pak kevin. "Cepat amanda, bawa bella kebelakang!" Ucapku. "Baiklah" jawab amanda.

Aku dan vincent mencoba melawan pak kevin dengan menggunakan kayu, sedangkan felix dan rio megalihkan perhatian pak kevin.

Oh kalian ingin melawanku? Kalian tidak akan bisa menang!" Ucap pak kevin. "Tentu saja kami bisa menang, kami berempat sedangkan bapak sendiri!" Ucapku menggeretak. "Baik lah kalau begitu, mari kita mulai permainan ini!" Ucap pak kevin.

Pak kevin mengayunkan kapaknya ke arah vincent. Dengan gerakan yang cepat, vincent berhasil menghindar. Aku langsung mengayunkan kayuku ke arah pak kevin, tapi gerakan pak kevin sangat cepat dan ia berhasil menghindar. Rio mengalihkan perhatian pak kevin dengan cara menyilaukan matanya dengan senter. "Cepat pukul dia!" Teriak rio. Vincent langsung memukul pak kevin, tapi masih saja gagal. Pak kevin langsung mengayunkan kapaknya ke arah vincent yang berada disampingnya. "Kena kau sekarang" ucap pak kevin.

Kapak itu tepat mengenai kakinya. "Arrrrrrgghhhhhhhh" teriak vincent. Darah segar mengucur keluar dari kakinya. Felix langsung melempar senter miliknya kearah kepala pak kevin. Lemparan itu tepat mengenai wajahnya. "Sialan kau!" Teriak pak kevin. Vincent langsung bangkit dan memukul pak kevin tepat diwajahnya. Pukulan itu sampai membuat pak kevin jatuh. "Cepat ambil kapaknya" teriak vincent.

Aku langsung berlari ke arah pak kevin dan mengambil kapaknya.
"Sekarang kau bisa melakukan apa?" Ucapku ke pak kevin. Aku ayunkan kayuku tepat ke kepalanya.
Setelah itu pak kevin langsung pingsan karena pukulanku tadi.

"Amanda cepat cari tali di ruangan lain!" Ucap rio. "Iya" jawab amanda. Amanda langsung berlari keruangan lain untuk mencari tali. Vincent terkapar lemah, kakinya masih mengeluarkan darah. "Bertahanlah vincent, sebentar lagi kita akan keluar dari sini" ucap bella. "I...iya, aku akan berusaha bertahan" ucap vincent.

Kami menutup lukanya dengan jaket rio. Tak lama kemudian, amanda tiba membawa tali. "Nih talinya" ucap amanda. "Ayo cepat ikat pak kevin sebelum dia sadar!" Ucap rio. Kami mengikat pak kevin dengan kuat. Ayo cepat keluar dari sini, sebelum vincent kehabisan darah!" Ucapku.

Kami langsung keluar dari tempat ini dan meninggalkan pak kevin disini. Vincent semakin lemah, dan tak mampu berdiri lagi. Akhirnya vincent dipanggul dengan rio dan felix, sedangkan bella dipanggul dengan aku dan amanda.

Setibanya diatas, aku langsung menelepon polisi dan ambulan. Setelah ambulan datang, kami langsung memasukan vincent dan amanda kedalam ambulan tersebut. Amanda dan rio ikut mereka untuk menemaninya, sedangkan aku dan felix tetap disini untuk menjelaskan kejadian ini kepada polisi.

Kami menunjukkan dimana tempat itu berada. Saat kami sampai, kami menunjukkan ruangan-ruangan dimana mayat-mayat manusia berada. Para polisi itu mengangkut mayat-mayat itu dan pak kevin keluar dari tempat ini.

Setelah itu kami langsung kerumah sakit untuk melihat keadaan mereka. Sesampainya disana kami berdua langsung keruangan dimana mereka dirawat. "Lu gak apa-apakan cent?" Tanyaku. "Gak apa-apa, btw gimana pak kevin?" Tanya vincent. "Oh, pak kevin udah ditangkep ama polisi" jawab felix. "Terus, gimana keadaan kamu?" Tanya felix. "Aku gak apa-apa kok, terima kasih ya kalian sudah selamatkan dan menjagaku" ucap bella. "Iya, sama-sama" ucap kami bersama-sama.

Setelah beberapa minggu, vincent dan bella diperbolehkan pulang dan kamipun kembali berkumpul bersama.

Related Posts:

Ruang Bawah Tanah ( Part III )


Part Sebelumnya : Ruang Bawah Tanah
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



"Gelap banget disini" ucap amanda. "Nyalahin senter kamu" ucap rio. "Aku gak bawa senter" jawab amanda. "Nih pake senterku, aku bawa 2" ucap rio.




Ruang bawah tanah ini ternyata sangat luas. Ada beberapa ruangan disini. "Luas banget disini" ucap rio. "Bagaimana jika kita berpencar" usul vincent. "Ide bagus, aku bersama amanda, felix bersama david dan kau sendiri. Setuju gak?" Ucap rio. "Iyadah yang maunya sama amanda. hahahaha" ucap felix. "Ok, tapi nanti kumpul lagi disini ya. ayo berangkat" ucap vincent.

Kamipun berpencar. Aku dan felix pergi ke ruangan kiri, rio dan amanda ke ruangan depan dan vincent ke ruangan kanan.

Saat aku masuk ruangan tersebut, banyak barang-barang disana. "Berantakan banget disini. Gak pernah di rapihin nih kayanya" ucap felix. "Iya nih, berantakan banget" jawabku. "Eh kunci apaan nih?" Tanyaku. "Udah biarin aja, paling kunci yang udah gak kepake" ucap felix.

Kamipun kembali keruangan tempat berkumpul. Disana sudah ada vincent. "Ada apaan di ruangan yang tadi lu lewatin?" Tanyaku. "Gak ada apa-apa, cuma ruangan kosong" jawab vincent.

Kemudian rio dan amanda datang. "Eh kalian udah ada disini" ucap amanda. "Ada apa diruangan yang kamu liat?" Tanya vincent. "Cuma ruangan berantakan doang" jawab amanda. "Sama, diruangan yang gw lewatin juga cuma ruangan berantakan doang" uca
pku.

Tapi masih ada satu ruangan lagi yang kami belum masuki. "Ruangan ini dikunci!" ucap felix. "Pasti ada kuncinya disekitar sini" ucap rio. 

Tunggu dulu tadi sepertinya aku melihat kunci diruangan yang tadi aku dan felix lewati. "Sepertinya, kuncinya ada diruangan yang tadi gw lewatin" ucapku. "Oh iya, mungkin kunci itu kunciruangan ini" ucap felix.

Kamipun keruangan yang tadi aku dan felix lewati. "Cepet cari kuncinya!" ucap vincent. Kami sudah mencarinya sudah cukup lama. "Ketemu nih!" ucap amanda. "Iya, kayanya ini kunci yang tadi gw liat" ucapku.

Kamipun langsung memasukkan kunci tersebut ke pintu yang terkunci tadi. "Bisa gak?" tanya rio. "Sabar, ini lagi dicoba" ucap amanda. "Nah, itu bisa" ucap vincent.

Ternyata dibalik pintu itu terdapat lorong yang cukup panjang. Kamipun memasuki pintu tersebut dan menelusuri lorong tersebut. Di ujung lorong terdapat 2 pintu. Bau menyengat tercium dari salah satu ruangan. "Bau apaan nih?. Lu kentut ya rio!" ucap vincent. "Kagak, gw kagak kentut" jawab rio. "Kayanya sih baunya berasal dari ruangan itu dah" ucap felix.
Saat kami membuka pintu tersebut, kami melihat pemandangan yang sangat mengerikan.


Sumber : GCPI | Indoriddle | Creator : Ahmad Setiadi

Related Posts:

Ruang Bawah Tanah ( Part II )

Part Sebelumnya : Ruang Bawah Tanah

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Saat kami sampai, kami bertemu dengan ibuku. "Eh kalian udah pulang, abis dari mana aja? Kok baru pulang?" Tanya ibuku. "Oh, kami habis kerja kelompok tadi di sekolah" jawabku. "Oh, yaudah kalian masuk sana" ucap ibuku.

Kamipun ke kamarku untuk untuk melihat denah itu. "Vincent, mana denahnya?" Tanyaku. "Tenang, nih ada di tas" jawab Vincent.

Vincentpun mengeluarkan denah tersebut. "Cepat buka!" Ucap Amanda tak sabar. "Oh ternyata pintu masuk ruang bawah tanah itu berada di bawah tangga dekat ruangan praktek komputer" ucapku.

"Gimana kita kesana hari sabtu malam saja?" Usul Vincent. "Apa gerbang sekolah masih dibuka?" tanyaku. "Jika sudah ditutup tinggal panjat" jawab Vincent. "Yaudah, siapin barang-barang buat kesana, jangan lupa bawa senter juga!" Ucap Amanda.

Sebelum berangkat aku mengajak Felix dan Rio, 2 teman kami untuk ikut bersama kami dalam rencana tersebut. "Gak ah serem. Tar kalo ketauan ama kepala sekolah gimana?" Ucap Rio. "Tenang aja gak bakalan ketauan, lagian si Amanda ikut loh..." jawabku. "Yaudah deh gw ikut kalo begitu" jawab Rio. "Kita ngumpul di lapangan deket sekolah ya, jam 10 malam" ucapku. "Ok" meraka menjawab.

Sabtu malampun tiba. Kami berkumpul dilapangan dekat sekolah. "Dimana nih si Rio, lama banget!" Ucap Felix. "Iya, kok tumben dia lama banget kaya ginih, biasanya selalu tepat waktu" jawab Vincent. "Tuh dia si Rio" ucap Amanda. "Dari mana aja sih lo, lama baget" ucap Felix kesal. "Sorry gw tadi nyari senter dulu di rumah" jawab Rio. "Alesan. Dah yu ke sekolah!" Ucapku.

Kami pun berangkat ke sekolah. "Sepi banget nih tempat" ucap Rio. "Yalah sepi udah malem kaya gini" ucap Vincent. "Dah cepet panjat pagernya" ucap Felix.

Kamipun berhasil masuk ke sekolah dan langsung pergi ke ruangan praktek komputer."Disini rupanya pintu masuk ke ruang bawah tanah" ucap Rio. Kamipun langsung ke ruang bawah tanah tersebut.

Sumber : GCPI | Indoriddle | Creator : Ahmad Setiadi

Related Posts:

Ruang Bawah Tanah ( Part I )

Namaku David. Aku bersekolah di createcraft. Kehidupanku biasa-biasa saja, tetapi semua berubah saat temanku memberi tahu tentang ruang bawah tanah di sekolah kami.

Dia bilang ada ruang bawah tanah di sekolah ini. Aku penasaran dan mencari tahu apakah benar disekolah ini ada ruang bawah tanah?

Aku bertanya kepada guru bp. Guru itu tidak tahu tentang ruangan bawah tanah itu. Aku memutuskan untuk bertanya kepada pak Hendrik kepala sekolahku.

"Darimana kamu tahu tentang itu?" Kata pak hendrik marah. "Saya tahu dari teman saya pak, memang apakah benar ada ruang bawah tanah di sekolah ini?" Jawabku

"Sebenarnya memang ada ruang bawah tanah disini" jawab pak Hendrik. "Dimana tempat itu pak?" Tanyaku. "Saya tidak akan memberi tahumu dimana tempat itu!" Jawab pak Hendrik

Lalu pak Hendrik langsung pergih begitu saja. Aku semakin penasaran dengan tempat itu. Aku berencana untuk mencari tahu tentang hal ini.

Aku mengajak ke 2 temanku, bernama Vincent dan Amanda untuk ikut mencari tahu tentang ruangan itu.

Kami merencanakan untuk mengambil denah sekolah di ruang kepala sekolah. Kami sepakat melakukan itu setelah pulang sekolah nanti.

Waktu pulang sekolahpun tiba, kami menunggu sekolah sepi dan menyelinap ke ruang kepala sekolah.

Kami berhasil menyelinap, Amanda menjaga pintu masuk dan Kami berdua mencari denahnya. Vincent berhasil menemukan denah tersebut dan menaruhnya didalam tas.

Kami langsung cepat-cepat keluar dari ruangan tersebut. Saat kami sudah keluar kami bertemu dengan pak Hendrik.

"Aduh gimana nih... ada pak Hendrik!" Kata Amanda. "Tenang aja..." balasku. "Kalian mau ngapain disini? Kan udah pada pulang semua" ucap pak Hendrik. "Oh kami habis belajar kelompok ke perpustakaan pak" jawabku. "Oh kalua begitu ya sudah hati-hati dijalan" ucap pak Hendrik. "Ya pak. Selamat sore" ucap kami bertiga.

Akhirnya kami mendapatkan denah sekolah. Kami pergi kerumahku untuk melihat denah tersebut

Sumber : GCPI | Indoriddle | Creator : Ahmad Setiadi

Related Posts:

Riddle Time !!

#1 Riddle
Apa yang jika dimasukkan berwarna hitam dan dikeluarkan berwarna merah ?

#2 Riddle
Aku memilki 4 jari biasa dan 1 ibu jari tetapi aku tidak hidup, apakah aku ?

#3 Riddle
Apa yang berhubungan denganmu tetapi orang lain menggunakannya lebih banyak darimu ?

#4 Riddle
Apa yang selalu bertambah tapi tak pernah berkurang

#5 Riddle
Aku adalah merah, biru, dan hijau
tak ada yang pernah bisa menangkapku termasuk raja sekalipun
Siapakah aku ?



Lobster
Sarung tangan
Namamu
Umurmu
Pelangi

Related Posts:

See-saw

Ada seorang wanita yang tinggal di sebuah apartemen di lantai tiga, dia mempunya seorang bayi.
Suatu hari telefon berdering, ia mengangkatnya dan mendengar "Jungkat-jungkit Jungkat-jungkit, sebaiknya kamu mengunci semua pintumu Aku di lantai 1." Dia ketakutan dan mengunci semua pintu nya.
Telefon berdering lagi ia mengangkatnya dan mendengar suara yang sama lagi, "Jungkat-jungkit Jungkat-jungkit, lebih baik tutup semua jendelamu aku di l
antai 2." Wanita itu menjatuhkan telepon dan menutup semua jendela, kecuali. . . jendela di ruangan bayinya. Telfon berdering lagi dan dia mendengar, "jungkat-jungkit Jungkat-jungkit, bersembunyilah aku di lantai 3". Wanita itu langsung bersembunyi.
Lalu wanita itu mendengar suara "Jungkat-jungkit Jungkat-jungkit" yang berasal dari kamar bayi. Dengan sangat perlahan dia berdiri dari tempat ia bersembunyi dan masuk ke ruangan bayinya.

Di sana ia melihat seorang pria dengan kepala bayinya di satu sisi dan tubuhnya di sisi lain.

Sumber | Indoriddle

Related Posts:

DEAD WOOD CIRCUS

Kalau kau tidak ingin mengetahui kebenarannya, berbalik dan pergilah. Kalau kau terus membaca kisah sedih ini, kau tidak bisa menyalahkanku kalau terjadi apa-apa. Aku sudah memperingatkanmu.

Aku berani taruhan kau selalu berpikir sirkus itu hanya penuh dengan kegembiraan dan permainan. Aku berani taruhan semua ‘mahkluk aneh’ di sirkus adalah manusia sepertu kau dan aku, yang senang tampil di sirkus sama seperti kau senang menonton mereka. Aku berani taruhan kau berpikir semua ‘mahkluk aneh’ itu selalu tampak seperti itu; cacat dan ‘berbeda’.

Kau berpikir bahwa badut berkepala dua itu memang terlahir seperti itu. Kau berpikir si penyanyi dengan kaki kambing itu mendapat kakinya karena dia terlahir tanpa kaki. Kau berpikir cowok bertampang normal dengan rambut bagai langit tengah malam itu hanyalah pemain sirkus biasa yang kabur dari rumah.

Tapi sebenarnya kau tidak peduli. Kau tidak peduli bagaimana semua mahkluk aneh itu tampak seperti apa sebenarnya. Kau tidak pernah memikirkan apa yang mereka lakukan untuk bergabung dalam sirkus. Aku berani mempertaruhkan segalanya kau tidak tahu apa-apa soal kesakitan dan penderitaan yang telah mereka alami.

Kau belum pernah mendengar jeritan dan teriakan mereka merobek malam. Kau belum pernah mendengar permohonan mereka untuk mati. Kau belum pernah mencium bau daging yang membusuk.

Kau tidak tahu apa-apa. Tidak satu hal pun. Tapi itulah yang akan kukatakan padamu sekarang. Kalau kau tidak ingin tahu kebenaran itu, atau kau tidak cukup kuat untuk mengetahuinya, pergilah sekarang.

Mari kita mulai dengan bagaimana semua mahkluk aneh itu tergabung di sini. Tapi ‘tergabung’ itu bukan kata yang tepat, ya kan? Tidak ketika semua ‘mahkluk aneh’ adalah manusia berfisik sempurna, dan diculik ketika mereka hanyalah anak-anak yang ingin menonton sirkus. Ya, benar; mereka diculik. Mereka diculik dari jalan-jalan, tanpa mempedulikan jeritan mereka, teriakan dan pintaan pertolongan. Semua tendangan, pukulan… mereka melakukan segalanya untuk bisa kabur. Hanya untuk menemui kesia-siaan dan takdir mereka menjadi kelinci percobaan.

Sebelum sirkus ini dimulai, ada seorang anak asuh dengan rambut biru tua yang baru saja menemukan sebuah rumah dengan ibu yang mencintainya. Ya, dia mungkin miskin. Ya, dia mungkin akan menjalani hidup yang keras. Ya, dia bisa saja mati jika dibiarkan hidup di jalan. Tapi sirkus sialan itu… sirkus sialan itu merusak seluruh kesempatannya untuk hidup… hidup seperti seorang manusia, dan bukannya bagaikan hewan haus darah.
Tapi tidak. Tentu saja tidak. Mereka harus menculiknya. Mereka harus menculiknya ketika dia baru menginjak sembilan tahun. Dia hanyalah seorang anak kecil ketika mereka menyuntiknya dengan segala… segala macam hal. Dan kau tahu apa terjadi padanya? Apa kau tahu? Mereka membuatnya gila. ‘Gila’ secara harafiah, anak itu kehilangan kewarasannya. Dia menjadi seorang kanibal. Dia akan memakan manusia lain dengan senang hati. Manusia lain.

Dan kau tahu? Dia menyukai semua itu. Dia menyukai rasa yang hanya bisa didapatnya dari daging manusia. Sebenarnya, dia lebih suka semuanya dingin, mentah, dan manusia. Dia menikmati merasakan darah berlumuran di mulutnya dan menetes dari dagunya. Bayangan yang indah, bukan?
Dan apakah kau tahu kenapa anak itu yang dipilih? Kenapa harus dia, seorang anak kecil yang hampir mati di jalanan, yang dipilih? Karena dia hanyalah anak kecil yang belum mengisi hidupnya dengan memori-memori indah, dan bukannya keinginan atas daging, darah, dan daging lagi.

Nah, sekarang kau mulai mengerti penjelasanku. Sekarang kau tahu setidaknya sedikit dari horor ini. Jadi, akan kutanya lagi: apakah kau ingin berhenti? Karena aku akan melanjutkan ceritaku…
Suatu kali ada seorang penyanyi berambut biru pucat. Gadis itu berasal dari sebuah keluarga yang penuh cinta kasih, dengan seorang ibu, ayah, dan dua orang adik laki-laki yang selalu bermain dengannya. Keluarga itu dianggap kaya, atau mungkin saja pakaian indah yang dipakai gadis itu yang membuat si Pemimpin Sirkus tertarik padanya. Atau mungkin dia sudah mendengar suara indahnya menyanyi ketika dia pergi ke tenda? Atau mungkin rambutnya yang sehalus sutra, atau wajahnya yang cantik sempurnya? Tidak. Tidak, bukan itu semua. Bahkan itu semua tidak mendekati.

Itu karena dia tidak pernah tumbuh besar.
Apa kau tahu apa yang mereka perbuat pada gadis itu? Apa kau bisa membayangkannya? Akan kukatakan kepadamu. Mereka merobek kakinya dengan cara yang mengerikan. Kemudian gadis yang awalnya terkenal sebagai anak yang suaranya secantik wajahnya berubah menjadi gadis berkaki kambing.
Apa kau bisa memikirkan betapa kerasnya hidup dengan kondisi seperti itu? Dengan kaki yang bahkan bukan kaki manusia? Karena aku bahkan tidak mampu memimpikan betapa sulitnya hidup demikian. Coba bayangkan penderitaan dan kengerian yang dialami diva kecil itu, yang menangis setiap malam. Tangisannya melukaiku dan membuatku ingin menangis juga. Sakitnya tentu takkan tertahankan…

Aku terkejut karena kau sudah membaca sejauh ini. Hatimu pasti kuat. Tapi aku harus bilang lagi; kau bisa berhenti. Karena aku harus meyakinkanmu bahwa segalanya takkan membaik.
Badut berkepala dua itu? Sebelum menjadi mahkluk aneh, tahukah kau seperti apa dia dulu? Tentu saja tidak. Tidak ada yang tahu. Sampai sekarang.

Badut itu dulunya adalah dua orang anak; sepasang anak kembar, laki-laki dan perempuan yang tidak terpisahkan sejak mereka lahir. Mereka sahabat dekat, dan mereka selalu bersama. Dan apakah kau tahu bahwa mereka punya ayah dan ibu? Anak-anak itu memiliki keluarga. Mereka memiliki teman. Mereka memiliki masa depan yang cerah di hadapan mereka. Namun semua hancur berantakan. Semua karena mereka pergi ke sirkus itu. Semua karena mereka tidak cukup cepat untuk kabur.
Karena mereka hanyalah anak-anak.

Dan apa kau tahu apa yang terjadi sesudah itu? Setelah jeritan mereka diredam, dan mereka dirantai dan diikat di sebuah meja besi? Mereka dipotong hidup-hidup. Anggota tubuh mereka dipotong ketika mereka masih sadar. Dan mereka benar-benar tak terpisahkan sekarang. Mereka akan selalu bersama, sampai mereka mati.

Karena dua anak sudah menjadi satu. Mereka dijahit menyatu. Gumpalan daging bertebaran di sekeliling mereka selama penjahitan itu, dan bau darah dan kematian bersarang dalam penciuman mereka untuk waktu yang lama. Sangat lama…
Hanya karena mereka adalah sepasang anak yang ceria.
Namun itu belum cukup. Ini bahkan belum sampai ke akhir cerita.

Masih banyak lagi. Begitu banyak jiwa yang tersiksa. Banyak sekali anak-anak yang mati ketika dimutilasi. Banyak sekali yang lain yang berharap bahwa mereka lebih baik mati saja. Begitu banyak… begitu banyaknya jiwa-jiwa yang tidak beruntung dan jauth ke tangan sang Pemimpin Sirkus.

Kau tahu apa lagi? Penyiksaan tidak berakhir sampai di situ. Dipotong-potong dan diubah menjadi monster mungkin hanyalah bagian termudah dari apa yang mereka jalani. Tapi, berhubung kau sudah membaca sampai sejauh ini, aku tidak yakin kau akan berhenti sekarang. Jadi aku takkan repot-repot memperingatkanmu.

Apa kau tahu apa yang akan terjadi jika mereka membuat kesalahan, sekecil apapun itu? Jika mereka menolak melakukan sesuatu untuk pertunjukkan? Atau bahkan ketika mereka salah melangkah?
Oh tidak, kau takkan tahu. Kau takkan tahu karena sang Pemimpin Sirkus selalu menghukum mereka di tempat terpencil, yang jauh dari mata orang-orang yang bisa jadi tak sengaja melihat penghukuman itu. Apa hukumannya, kau akan bertanya?

Asam.
Ya, kau membacanya dengan benar; asam. Salah sedikit di depan sang Pemimpin Sirkus, dan kau akan merasakan asam yang membakar itu dituangkan atas tubuhmu.
Kau pikir itu sudah parah? Itu semakin memburuk. Tidak terlalu ekstrim, tapi memang memburuk. Aku tahu ini sulit dipercaya.
Seolah peristiwa mutilasi itu belum cukup. Dan asamnya? Itu lebih segala jenis penderitaan, bagi manusia atau bukan. Tapi campurlah kedua hal itu, dan kau akan mendapatkan penderitaan terburuk dari semuanya.

Kau membusuk.
Ya, itu benar. Campurlah mutilasi dan asam itu, dan jadilah; kau adalah manusia yang hidup dan bergerak, tapi kau sekarat, ‘dimakan’ luar dalam. Aku bahkan tidak bisa memulai penjelasan horor dan rasa sakit yang dirasakan ketika kau tahu tubuhmu membusuk, dan kau memiliki kesadaran penuh untuk menghadapi setiap detik penderitaan itu.

Dan itulah sebabnya semua ‘mahkluk aneh’ ini ingin mati. Meskipun mereka sekarat sekarang, itu lambat sekali, dan sangat menyakitkan. Mereka ingin mati dengan cepat. Meskipun itu perlu berjam-jam, rasa sakit yang mereka rasakan akan lebih baik dibandingkan neraka yang sedang mereka jalani.
Tapi mereka tidak mencoba bunuh diri. Tidak. Mereka tidak pernah melakukannya.
Sekuat apapun mereka ingin penderitaan mereka berakhir, mereka tetap bertahan hidup.
Mengapa?

Karena sirkus sangat menggembirakan. Itu sebabnya. Sirkus itu memang penuh kegembiraan …
Dan itulah kenyataannya. Setiap kata. Setiap kata-kata sialan yang mengerikan ini... inilah kenyataannya.
Bagaimana caranya aku bisa tahu semua ini, kau akan bertanya?
Karena akulah sang Pemimpin Sirkus itu.

Indoriddle | Creepypasta Indonesia

Related Posts:

Sshh

Pagi itu -- paling tidak menurut ku pagi -- aku terbangun dengan kepala berat, rasanya seperti aku ingin kembali tidur, aku merasa hangat di celanaku, tepatnya di bagian selangkangan. "Keparat..." umpatku kecil, aku melompat-lompat kecil menuju kamar mandi lantai atas rumahku dan mengambil sikat gigi sembari melepas celana.
Aku mengambil celana yang -- ku pikir -- ku taruh di atas toilet selama 3 hari dan memasangnya. Aku turun dan menemui pemandangan seperti kapal pecah.
"T*ik, pasti kemaren ada pesta miras..." aku mengamati suasana.
Aku melangkah melalui tumpahan air, sedikit demi sedikit kaus kaki ku terasa basah, aku melihat seseorang dengan masker melihat ke jendela.
"Ada apa ini? Kamu siapa?"
"Shh!"
"Kemaren ada pesta kan?"
"Shh!!"
Aku terdiam, ada apa dengan orang ini? Aku menengok dan melihat botol minuman yang telah dirobek labelnya dan retak dengan tetesan merah. Sebuah gelas berdiri di atas meja disamping sekotak pizza h*t yang terbuka.
"Siapa yang pesan pizza?"
"Shh! Dia ada di luar!"
"Siapa?"
"Shh!"
Aku berjalan menuju sofa dan duduk, di hadapanku ada gelas dengan isi cairan ungu.
Sebuah kaos singlet tergeletak di sampingku.
"YA! YA! AKU PAHAM AKU PAHAM!" orang itu berteriak-teriak menarik-narik gorden jendelaku.
"Paham apa? Kau siapa sebenarnya?"
"Shh!"
Aku mengambil pizza yang tersisa. Lembek dan terasa dingin, saat ku makan toppingnya terasa seperti telah lama dibiarkan terbuka.
"Jangan dimakan..." katanya.
"Kenapa?"
"Ah, lihat dia, menjijikkan!"
"Apanya yang menjijikkan?"
"Anjing itu."
"Anjing apa?"
Ia menunjuk keluar jendela, kosong, hanya rerumputan dan sebuah sepeda yang tergeletak di tengah halaman.
"Mana?"
"Shh!"
"Sekali lagi kau bilang ssh, ku pecahkan kepalamu --"
"shh!" katanya sambil menarik gordenku dan membalikkan tubuhnya menghadapi jendela.
Aku kembali duduk di sofa dan mengamati cairan ungu itu. "Apa ini?" tanyaku, "Bir." katanya.
"Tapi ini bukan --"
"Bir. Shh!" katanya bahkan tanpa membalik badan ke arahku.
"Yah, paling tidak apapun ini cukup untuk menenangkan pagi --"
"Sore."
"Sore?"
"Shh! Ini sudah sore."
"Terserah."
Aku menenggaknya dan ku rasakan rasa seperti bensin dan jeruk dicampur, pertamanya memang tidak apa-apa, namun lama kelamaan rasanya menjadi memuakkan.
Aku merasakan ulat-ulat dan cacing-cacing menjalar di tenggorokanku dan kaki-kaki kaki seribu menggelitik rahang atasku, "T*ik..." ujarku menahan muntah.
Aku pun muntah di gelas itu.
"Shh!"
Aku tak tahan lagi.
"Shh!"
Ku ambil botol retak tadi dan kuhantamkan ke kepalanya.
"Oh Tuhan, oh Tuhan, sori sori, aku emosi."
"Haha, aku paham, aku paham!" ia nampak tak kesakitan.
"Shh!" kataku
Aku membawanya ke sofa namun ia tiba-tiba bangun dan berjalan ke luar. Di pintu ia melempar maskernya.
"Aku paham!" ia berteriak.
"Shh!" kataku membalasnya, meski aku tahu ia tak akan mendengar.
Aku penasaran dengan masker itu, ku pakai dan aku menatap ke arah jendela.
Ada seekor anjing... anjing?
Aku mendengar di belakangku ada suara seperti langkah kaki melewati genangan air.
"Ada apa ini? Kamu siapa?"
"Shh!" kataku.

Sumber : Arie Estrada | GCPI | Indoriddle

Related Posts: